YaminSarbini.Com - Tidak seperti tahun sebelumnya, perayaan hari ulang tahun ke 75 kemerdekaan republik Indonesia terasa sunyi. Walau merah putih berkibar disepanjang jalan raya, bakan hingga ujung pelosok sepi. Ada yang berbeda dibalik kesunyian itu, kami yang terbiasa berada di baris paling depan saat upacara, menyaksikan pasukan Paskibra yang gagah perkasa membawa dan mengerek bendera merah putih ke angkasa yang menjulang. Langkahnya yang tegak perkasa dengan sorot mata yang menyala, seolah pancarkan semangat nasionalisme. Kulitnya yang legam akibat terik seolah menghadirkan jiwa juang yang terkubur dalam.
Tahun ini tak akan kami jumpai lagi barisan panjang mengular. Tak akan terdengar lagi suara tetabuhan musik tradisional yang bertalu-talu, suara terompet yang memekik telinga mendendangkan lagu-lagu perjuangan, dan kumpulan komunitas yang memamerkan identitas kebanggaannya dihadapan publik. Suara lelaki, yang gemanya hingga ke pelosok negeri, memanggil-manggil deretan karnaval budaya yang tiada putus-putusnya. Sambil berteriak dan kibarkan bendera, hidup Indonesia ! Merdeka.
17 Agustus tahun ini, menjadi media kontempelasi bagi para pemimpin negeri, menjadi perenungan dalam bagi rakyat yang telah getir menggenggam derita dan kepayahan tiada batas. Menjadi tangis pilu bagi anak-anak sekolah yang rindu dengan gurunya. Menjadi pembuka mata batin yang tertutup rapat dari suara kebenaran.
Ada yang Hilang dari Merdeka Kita |
Kami merasakan ketakutan bila harus berkerumun dengan massa, menjadi was-was bila berdekatan dengan sesama saudara. Meski tangan berkali-kali dibasuh, dan muka ditutup rapat dengan masker berbagai merek. Namun rasa khawatir itu tetap ada. Berkali-kali kematian diumumkan dan berkali-kali korban berjatuhan disiarkan, tetapi tak membuat jera banyak orang. Kami seperti berada di medan pertempuran, yang selalu bersiasat menghindar desingan peluru nyasar. Kami seperti terobsesi lepas dari ketakutan yang berkepanjangan.
Musuh yang kami hadapi bersembunyi rapih, tak diketahui dimana rimbanya. Kadang ada di tempat terbuka dan dikeramaian. Kadang menyelisip di tempat yang sulit dijangkau indera. Dan hingga hari ini, tak jua ditemukan senjata untuk menghancurkannya, padahal sudah ratusan milyar dana digelontorkan. Kadang ingin menyerah dan pasrah, tapi kami yakin musuh-musuh itu semakin beringas melumat siapa saja yang tidak tahan dengan perjuangan ini.
Sudah 75 tahun Indonesia merdeka, namun tahun ini serasa hilang angin kemerdekaan di republik ini. Musuh itu tetap mengintai, sampai mereka melihat seberapa gigih semangat perjuangan kita. Tetapi kami yakin, Indonesia akan lolos dari kepungan badai pandemik karena bangsa ini tetap bersatu melawan musuh, dalam wujud apapun. (MY)
Dirgahayu Indonesiaku.
Rajeg, 16 Agustus 2020
Madyamin
@indonesiamaju#
0 Comments